Selain perubahan dalam UU PPh sesuai dengan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan, terdapat pula perubahan atas skema sanksi dari UU KUP (UU No.16 Tahun 2009), yaitu:
- sanksi pemeriksaan dan wajib pajak tidak menyampaikan SPT
- sanksi setelah upaya hukum namun keputusan keberatan atau pengadilan mengusulkan ketetapan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Tidak hanya itu, UU ini juga merubah besaran sanksi untuk kerugian negara.
Setelah disahkannya UU HPP, maka berikut perbandingan antara UU KUP dan UU HPP dalam hal sanksi perpajakan:
1. Sanksi Pemeriksaan Wajib Pajak Tidak Menyampaikan SPT (Pasal 13)
Jenis Sanksi |
UU KUP | UU HPP |
PPh kurang dibayar |
50% |
dikenakan bunga per bulan sebesar suku bunga acuan (yang berlaku di pasar) serta uplift factor 20% |
PPh kurang dipotong |
100% |
dikenakan bunga per bulan sebesar suku bunga acuan serta uplift factor 20% |
PPh dipotong tapi tidak disetor |
100% |
75% |
PPN dan PPnBM kurang dibayar |
100% |
75% |
2. Sanksi Setelah Upaya Hukum dengan Keputusan Menguatkan Ketetapan Direktorat Jenderal Pajak (Pasal 25)
Perbuatan |
UU KUP |
UU HPP |
Keberatan |
50% |
30% |
Mengajukan Banding |
100% |
60% |
Peninjauan Kembali |
100% |
60% |
3. Besaran Sanksi untuk Kerugian Negara
Uraian |
UU KUP | UU HPP |
Pidana pajak kealpaan |
Membayar pokok pajak + sanksi 3 kali pajak kurang dibayar |
Membayar pokok pajak + sanksi 1X pajak kurang dibayar |
Pidana pajak kesengajaan |
Membayar pokok pajak + sanksi 3 kali pajak kurang dibayar |
Membayar pokok pajak + sanksi 1X pajak kurang dibayar |
Pidana pajak pembuatan faktur pajak/bupot PPh fiktif |
Membayar pokok pajak + sanksi 3 kali pajak kurang dibayar |
Membayar pokok pajak + sanksi 1X pajak kurang dibayar |